Kamis, 21 Oktober 2010

Burung Gagak

Annyeong haseyo...
Ada lagi nih kiriman cerpen dari temen di Facebook. Semoga temen-temen blogger suka.


Pada suatu sore seorang ayah bersama anaknya yang beru saja menamatkan pendidikan tinggi duduk berbincang – bincang di halaman sambil memperhatikan suasana di sekitar mereka. Tiba – tiba seekor burung gagak hinggap di ranting pohon.
Si ayah lalu menunjuk ke arah gagak dan bertanya, “ Nak, apakah benda tersebut ? ” 
“ Burung gagak ”, jawab si anak.

Si ayah meangguk – angguk, namun beberapa saat kemudian mengulangi lagi pertanyaan yang sama.
Si anak menyangka ayahnya kurang mendengar jawabannya tadi, lalu menjawab dengan sedikit keras, “ itu burung gagak ayah !”

Tetapi sejenak kemudian si ayah bertanya lagi dengan pertanyaan yang sama. Si anak merasa agak marah dengan pertanyaan yang sama dan di ulang – ulang, lalu menjawab dengan lebih keras “ burung gagak !!”

Si ayah terdiam seketika. Namun tidak lama kemudian sekali lagi mengajukan pertanyaan yang sama sehingga membuat si anak kehilangan kesabaran dan menjawab dengan nada yang ogah – ogahan , “ gagak ayah …… “.

Tetapi kembali mengejutkan si anak, beberapa saat kemudian si ayah sekali lagi membuka mulut hanya untuk menayakan hal yang sama. Dan kali ini si anak benar-benar kehilangan kesabaran dan menjadi marah. 

“ Ayah !!! saya tidak mengerti atau tidak. Tapi sudah lima kali ayah menanyakan pertanyaan tersebut dan saya pun sudah memberikan jawabannya. Apakah yang ayah ingin saya katakan ??? itu burung gagak, burung gagak ayah …… ”, kata si anak dengan nada yang begitu marah.

Si ayah kemudian bangkit menuju kedalam rumah meninggalkan si anak yang terheran-heran pinga. Sebentar kemudian, si ayah keluar lagi dengan membawa sesuatu di tangannya. Di mengulurkan benda itu kepada anaknya yang masih marah. Ternyata benda tersebut adalah sebuah DIARI LAMA.

“ Coba kau baca apa yang pernah ayah tulis di dalam diari itu ”, pinta si ayah. Lalu si anak membaca,,,

“Hari ini aku di halaman bersama anakku yang genap berumur lima tahun. Tiba-tiba seekor gagak hinggap di pohon. Anakku terus menunjuk kearah gagak dan bertanya, “ ayah, apa itu ? “. Dan aku menjawab, “ burung gagak ”. Walau bagaimana pun, anakku terus bertanya pertanyaan yang sama dan setiap kali aku menjawab dengan jawaban yang sama. Sampai 25 kali anakku bertanya demikian, dan demi rasa cinta dan kasih sayang aku terus menjawab untuk memenuhi perasaan ingin tahunya. Aku berharap bahwa hal tersebut menjadi suatu pendidikan yang berharga.”

Setelah selesai membaca bagian tersebut si anak mengangkat muka memandang wajah si ayah yang kelihatan sayu. Si ayah dengan perlahan bersuara, “Hari ini ayah baru menanyakan kepadamu pertanyaan yang sama sebanyak 5 kali, dan kau telah kehilangan kesabaran dan marah.”
Si anak pun berkata : "Ma'afkan aku ayah."




Note : To Refi, Makasih kiriman cerpennya. Ditunggu kiriman selanjutnya.^_^


To : Temen-temen yang mo cerpennya di posting di blog aku silahkan kirim via email ke y42h_widuri@yahoo.co.id atau ke t32h_4y0n@yahoo.com


Source : Refi
Source Gambar : irwan-arbi.blogspot.com 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Please leave your comment.